1. Kenali
minat dan bakat.
Tetapkan
keinginan Anda terhadap jurusan tertentu, tapi harus
Anda sesuaikan dengan minat kemampuan Anda. Misalnya ketika SMU Anda tidak
terlalu menyukai pelajaran kimia, maka jangan sekali-sekali memilih jurusan Teknik Kimia, Ilmu Kimia atau Kedokteran Umum.
Usahakan mensejajarkan antara minat dan keinginan Anda, misalnya karena Anda
suka akan kreatifitas dan seni, maka ada baiknya Anda memilih jurusan
Arsitektur, Desain Grafis, Desain komunikasi Visual atau Desain Interior,
karena di sana skill
Anda akan lebih digali dan diarahkan.
2. Berpikir
Realistis.
Anda harus berpikir realistis. Jangan terlalu
idealis. Tanpa bermaksud mendeskreditkan jurusan-jurusan
tertentu, ketika Anda sangat menyukai seni berpuisi atau tertarik dengan
kajian-kajian islam, Anda tidak perlu serta merta kemudian memilih jurusan sastra Indonesia atau sastra Arab. Namun Anda bisa
menjalankan ketertarikan Anda tersebut di luar banku kuliah,
misalnya mengikuti komunitas bahasa atau kajian-kajian islam di universitas.
Mengapa? Karena lapangan pekerjaan sejenis jurusan-jurusan
tersebut, sangat sulit diperoleh. Bukankah tujuan Anda kuliah
adalah untuk memperoleh pekerjaan?
3. Kenali
Pesaing.
Mengenali pesaing dapat Anda lakukan melalui try-out yang
sering diadakan oleh beberapa lembaga belajar di kota Anda. Setelah itu ukur
tingkat persaingan dengan perbandingan minat terhadap fakultas di perguruan
tinggi terkait, yang bisa Anda peroleh dari guru sekolah atau guru bimbingan
belajar. Misalnya, Arsitektur UGM daya tampung 40 orang dengan peminat 1600
orang, berarti Anda harus menganyingkirkan 40 orang pesaing untuk bisa diterima
disana. Perhatikan daya tampung suatu jurusan di perguruan tinggi
favorit. Pada umumnya memiliki kuantitas yang terbatas dan diperebutkan oleh
banyak orang. Jangan membebani diri anda dengan target untuk berkuliah di
tempat tertentu dengan jurusan tertentu yang favorit. Anda bisa stres jika
kehendak anda tidak terpenuhi. Buat banyak pilihan tempat kuliah beserta
jurusannya.
4. Pahami
Jejaring Perguruan Tinggi Tujuan (Campuss Networking).
Carilah
informasi lebih jauh tentang jejaring kampus tujuan Anda, apakah ia memiliki link khusus dengan suatu perusahaan
tertentu? apakan lulusannya punya jaringan kuat di perusahaan-perusahaan besar ?
Misalnya Freeport
banyak merekrut mahasiswa lulusan geologi dari Universitas Pembangunan Nasional
‘Veteran’ Yogyakarta, PT. Astra International kebanyakan merekrut mahasiswa
dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Univesitas Pajajaran ( Unpad ) Bandung atau
Perusahaan Swasta Asing yang cenderung merekrut mahasiswa lulusan Institut
Teknologi Bandung (ITB), dsb.
5. Lokasi
dan Biaya.
Bagi orang yang hidup dalam ekonomi atas, memilih
jurusan tidak akan menjadi masalah. Biaya yang nantinya harus ditanggung dapat
diselesaikan dengan mudah baik dari pengeluaran studi, biaya hidup, lokasi
tempat tinggal, dan lain sebagainya. Bagi masyarakat golongan menengah ke
bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan. Jika dana
yang ada terbatas maka pilihlah lokasi kuliah yang dekat dengan tempat tinggal
atau lokasi luar kota yang memiliki biaya hidup yang rendah. Pilih juga tempat
kuliah yang biaya pendidikan tidak terlalu tinggi. Jika dana yang ada nanti
belum mencukupi, maka carilah beasiswa, keringanan, pekerjaan paruh waktu atau
sponsor. Jangan jadikan pula uang sebagai faktor penghambat masa depan anda.
6. Tren.
Tren yang dimaksud di sini bukan tren lapangan kerja saat ini, tepi tren
lapangan kerja 5 sampai 10 tahun kedepan. Kemampuan membaca tren 5-10 tahun
kedepan Anda perlu miliki atau setidaknya minta pertimbangan orang tua atau
guru Anda. Tren ini dipergunakan untuk memprediksi lapangan pekerjaan apa yang
akan booming
atau naik daun setelah Anda lulus kuliah nanti, sehingga
diharapkan Anda akan mudah mencari pekerjaan. Misalnya, ketika tahun 1995/1996,
dimana bisnis property tengah booming, banyak siswa SMU memilih jurusan-jurusan
sektor riil seperti teknik arsitektur/teknik sipil. Namun apa yang terjadi 5
tahun kemudian? Krisis moneter yang dimulai pada tahun 1998 memporakporandakan
sektor riil yang berdampak pada banyaknya perusahaan property yang gulung
tikar. Dimana imbas yang dirasakan ketika itu adalah banyaknya mahasiswa
lulusan Teknik Arsitektur/Teknik Sipil yang sulit mencari pekerjaan. Walaupun,
saat ini kondisi sudah kembali normal. Jurusan yang
tidak mengenal ‘tren sesaat’ namun sekaligus juga ketat persaingannya ketika
Anda mencari pekerjaan adalah jurusan-jurusan ‘netral’
seperti Ekonomi, Hukum, Fisip, Informatika dan Geologi.
Memilih secara tergesa-gesa tanpa memperhitungkan
segala aspek akan berakibat fatal mulai dari kesadaran yang terlambat bahwa
jurusan yang diambil tidak sesuai dengan kepribadian sampai pada drop out (DO)
atau dikeluarkannya seorang mahasiswa-mahasiswi karena dinyatakan tidak mampu
mengikuti pendidikan yang diikutinya
makasih mimin. salam kenal . PIN 554b0110
ReplyDelete